Rabu, 30 Januari 2008

PENYESALAN TERAWAL

didekatku kau begitu indah
dipelukku kau sangat bergairah
dihasratku kau teramat betah
walau akhirnya harus terpisah

pada waktu mengukir janji
ketika proses semua diingkari
dalam suasana penuh sepi
walau nyata sisakan mimpi

kecewa yang terjaga
bersemayam di alur yang kujajaki
hingga persimpangan terlewati
tanpamu yang berhenti lalu berbelok

biarkan aku mengabdi pada kesendirian
sampai kesunyian menjadi Tuhan
lepaskan aku menghadiri senja
ketika penyesalan membunuh harapan

PADA KATA YANG TERTATA

mendesah dengan peluh yang melekat
diantara lingkaran keniscayaan
hadirnya semua sisi pada bentangan layar
gugatan takdir meracuni jejak samar
mengerucut di ujung serpihan masa silam
kesaksian menghujani ketika menyimpan luka
melumuri landainya keyakinan alam
romansa yang ditindas lalu dihisap menjelajahi warna
yang memerah terpedaya dalam ranah jiwa

alam bersabda dengan nyawa yang terinjak
menjerit seolah tertawa pada nirwana
melampaui batas yang harus diterima
karena dunia hanya rangkaian kata dan dosa
sejumput pahala dalam tong sampah
tak terpungut karena enggan untuk bersujud
mulut yang terluka dengan telinga yang bersahaja
walau mata harus lamur ketika hidung tersumbat
biarkan logika dengan nalar yang meratapi senja

merah hanyalah warna begitupun yang lainnya
lalu mengapa musti bertanya?
karena darahpun berwarna sama?
luka tak berarti duka begitupun cinta
dan mengapa harus kecewa?
karena dendam harus terbayar?

Minggu, 27 Januari 2008

RITUAL (by DOWNSET)

Do you know what it is like to run? Do you know what it is
like to live in fear? Because she knows what it's like to run.
Because she knows what it's like to live in fear. Rape ritual.
How can I stand in silence while you are raping my sister?
Ritual! Throw it in the wind because I ain't with that. Say,
what have we done with mother, sister, daughter, lover? Beat
them down to submission, into that corner of constant fear.
Humanity reduced to a sexual commodity, objectification,
pretty faces. Molded imagery damn they drop the dirty mack
demands. She's more than booty to me; bypass her sexuality.
Tradition, your sexism is what you want me to learn. Surrender
gender hatred, fade it to kill it, compassion returns. 1 out
of 3, and they say my sisters are free, incarcerated by hat-
red. Propagated by sodomny, continual ritual victimizing my
sister. Physical rape is psychological murder. Ritual! Jenny!
Ho! Slut! Trick! Bitch! Buddy! Terms that burn in our popular
brutality. That media camera's at you, trying to show you
what's up. Illusion magazine fantasy got you feinding to bust
a nut. Body identity suffocates in her nudity - she's dying
inside. Fashions asking won't let her be. Strip her to flesh
for apathetic male ego. You bet the set ain't down with your
wak. Rape ritual! We got to meet this hate with love. We got
to meet this hatred with love. Why do we fall for it, fuel it,
sexual violence equality? Please. So-called alternative move-
ment statistics never confess her wounded aloneness , internal
inferno, locked away calm diminishment. Sharon Stone, you
ain't all that. Madonna, you ain't all that. Sell you shallow
shock value charade is wak. Sister, put a fist in what's
expected of you. Deny! Defy! False definition of you too;
there's no excuse for this brutality or this lack of humanity.
rape ritual. I say I throw you into the wind. I say your
traditions mean nothing to me.

AKU HANYA INGIN

ingin kutanam kerinduan ini, jauh kedalam inti bumi
namun panasnya masih menjalar pada jiwa
ingin kubenam kangen ini, hingga menyentuh dasar lautan
namun dinginnya meresapi pikiran

ingin kuterbangkan cinta ini, hingga langit ke tujuh
namun sunyi tengah meradangi hasrat
ingin kumenjauhkan diri ini, pada ujung dunia
namun bayangan kerap menemani terlalu dekat

aku hanya ingin...semua berlalu
meski waktu tak berkenan menjawab kapan
aku hanya ingin...semua hilang
meski gema merasuki gendang telinga

kau terlalu berarti meski singkat
kau begitu bermakna walau terlewat
luka...hanya luka...yang kau catat
tidak lebih...
ingkar...hanya ingkar...yang kusesali
tidak lebih...

Selasa, 22 Januari 2008

PERSIMPANGAN PILIHAN

matahari bersinar begitupun dengan bulan dan bintang
lalu mengapa?
...jika malam matahari menghilang
...jika siang bulan dan bintang tenggelam

rotasi penuh makna atau hanya hamparan realita?
yang berjalan pada alur hukum alam

aku yang mencinta padamu dan dia
lalu mengapa?
...jika kau yang terpilih dia harus tersisih
...jika keduanya terpilih, kiamat seolah menanti

masalah memenuhi keinginan?
karena kebutuhan membangun kenyataan

persimpangan atau mungkin persinggungan?
pilihan atau hanya harapan?
karena kau tak harus menjadi dia
dan dia bukanlah kau

aku, kau dan dia
...tak harus memilih
meski pilihan berujung pada ketiadaan

Rabu, 09 Januari 2008

CINTA?

aku dan kau
...ada diantaranya...
dan kau tak harus memberi atau menerima

aku dan Nya
...ada diantaranya...
Nya selalu memberi tanpa aku meminta

aku, kau dan Nya
...dalam lingkaran...
entah dengan do'a atau takdir belaka

untuk semua cinta bukan atas nama cinta?

MEMBUNUH HARAPAN

ranting yang patah tak perlu lagi dipapah
hujan yang turun tak harus dipungut
meski daun menjadi layu
dan tanah semakin basah

harapan dalam genggaman, bunuh saja
walau rasa masih tersisa
karena luka terlalu menganga
mengisap semua cerita

biarkan...aku bersenggama
bersama kosongnya perjalanan
tanpamu dan bayanganmu
semua tanpa awal dan berakhir tanpa sejarah

hanya aku dalam figura
...terpilin halusinasi asmara
...terpenjara dinding kerinduan
...terpasung jerat penyesalan

harapan dalam genggaman, bunuh saja
karena senyum penuh kemenangan
terpajang indah di bibirmu
cerminkan luapan kekecewaan

...karena memilih, aku bunuh harapan...

Minggu, 06 Januari 2008

CINTA SEBATANG ROKOK

kunyatakan kau dari ribuan pilihan
berawal dari tatapan hingga perasaan
penuh pengorbanan tanpa tersisa
menggelar sejumput cerita tanpa tema

kenikmatan tanpa batas kau tawarkan
menemani kesenjangan waktuku
tawarkan kesetiaan merasuki jiwa
memacu hasrat menggugat mimpi

kunyalakan api dengan rasa
membakar nafsu yang berbunga
meski prematur nuansa romantika
dalam belukar keniscayaan

kau beri aku ketenangan ketika bersama
membaca rangkaian serotin otak
melumuri setiap hela nafas yang membuai
menandai kematian dengan senyuman

sebatang rokok sudah terlewati...

menyusuri pematang waktu dengan logika
mengumbar cinta mengulum cantiknya dunia
terang dalam badai, tafakur mengatur raga

deru nafas diantara asap yang menguap
merajut kata dengan keindahan
membuang sauh di dermaga kebahagiaan
meretas asa dengan sejuta pesona

separuh masa kupersembahkan
demi hari yang kian membara
memekarkan benih yang kutebar
membebani jengkalan luka

sebatang rokok sudah terlampaui...

...temani aku
...setubuhi aku
...liarkan aku
...butakan aku
...cumbui aku
...lelapkan aku
...tulikan aku
...rangsang aku
...gelorakan aku
...dan bunuh aku...

Sabtu, 05 Januari 2008

TEMUI AKU...ITU SAJA

lahirkan amarah yang telah kau kandung
dari rahim kebencian yang mengakar
agar riak itu menjadi gelombang
lalu temui aku...
biar kurasakan debur kedengkiannya
menggerus setiap inci tubuh ini
temui aku...
telanjangi akhlaq yang melapisi lautan nista
hingga lukamu kuselami
tanpa harus tersentuh atau kuhinggapi
tuliskan caci makimu pada darahku
agar mengalir ke jantung dan otakku
lalu temui aku...
aku bukan pujangga yang mampu ungkapkan kata menjadi syair
karena dusta telah menjadi saksi
aku bukan seniman yang jadikan syair 'tuk ciptakan merdu
hanya siulan-siulan parau
cukup...temui aku...itu saja

BUKAN AKU DALAM WAKTUMU

dalam hitungan detik kau berlalu...tidak seperti dulu
dalam hitungan menit kau menyapa...tak seramah dulu
dalam hitungan jam kau mendendam...sekeras batu karang
dalam hitungan hari kau merangkai...setiap luka yang menganga
dalam hitungan minggu kau mengurai...kata-kata dusta
dalam hitungan bulan kau habiskan...semua ingatan
tak ada yang tersisa hingga hitungan tahun kau menghapusnya...
dan hanya aku yang terhapus...dalam uraian panjang umurmu
karena bukan aku yang bisa memberi arti...dalam deru nafasmu
kau bunuh malam, bintang dan rembulan...agar aku terkubur
karena kasih tak harus kau terima
kau bungkam siang, matahari dan panas...biar aku terpasung
memendar lalu hilang
dari kenyataanmu, dongengmu, ceritamu, mitosmu, cintamu, lukamu...
...dan waktumu...

TAPAL BATAS KEYAKINAN

menguak cadar alam...menyerap rintihan belukar memendar cahaya surga...ketika ranah terjejak sukma sampah luka tercecer...mengurai halusinasi asa memapah langkah tertatih...dengan dendam membalut do'a
tetesan angin, hembusan air, tanah membara dan hamparan api menyatukan kekosongan jiwa...memeluk akhir cerita waktu yang tersisa...damai meluapi angkara mengoyak paksa nurani...memudar pandangan mata
di tapal batas keyakinan...keraguan menelan keniscayaan di tapal batas keyakinan...mengubur mimpi bernisan cinta

I'M BACK...

waktu berlalu di jalan yang sama, dimana aku berdiri dan terseret oleh rutinitas...waktu yang ada tak tersentuh sama sekali...ia berlalu...membunuhku...
rutinitas yang membungkam, aktifitas yang mencengkeram...dan asap yang melingkupi paru-paruku...sempurna...dengan kelengkapan ajal...
baru hari ini kutemukan sisipan dalam nafas yang dipaksa untuk menyempatkan diri menulis kebrutalanku...ironis...dan penuh kenisbian...
bohong jika aku katakan aku mengerti akan kehidupan!
dusta jika aku nyatakan aku paham akan kenyataan!
yang kumengerti hanya kepalsuan...itu hidup
yang kepahami hanya kemunafikkan...itu nyata
hanya itu yang bisa kumaknai...atas perhatiannya aku ucapkan terima kasih...